Jumat, 29 November 2013
Pengolahan Limbah Industri
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa pencemaran yangberakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik.
Dengan adanya perkiraan tersebut maka program pengendalian dan penanggulangan pencemaran perlu dibuat. Sebab limbah tersebut baik dalam jumlah besar atau sedikit dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak sampai mengganggu struktur lingkungan.
Namun demikian tidak selamanya harus diolah sebelum dibuang kelingkungan. Ada limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang. Ada beberapa jenis limbah yang perlu diolah dahulu sebab mengandung pollutant yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan Limbah diolah dengan tujuan untuk mengambil barang-barang berbahaya di dalamnya dan atau mengurangi/menghilangkan senyawa-senyawa kimia atau nonkimia yang berbahaya dan beracun.
Pengolahan limbah berkaitan dengan sistem pabrik. Ada pabrik yang telah mempergunakan peralatan dengan kadar buangan rendah sehingga buangan yang dihasilkannya tidak lagi perlu mengalami pengolahan. Bagi pabrik seperti ini memang telah dirancang dari awal pembangunan. Buangan dari pabrik berbeda satu dengan yang lain.
Perbedaan ini menyangkut pula dengan perbedaan bahan baku,perbedaan proses. Suatu pabrik sama-sama mengeluarkan limbah air namun terdapat senyawa kimia yang berbeda pula.Karena banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan pabrik lain maka banyak pula sistem pengolahan.
Demikian banyak macam parameter pencemar dalam suatu buangan, akibatnya membutuhkan berbagai tingkatan proses pula. Limbah memerlukan penanganan awal. Kemudian pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan akan turut menentukan pengolahan kedua, ketiga dan seterusnya.
Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan akan turut mempengaruhi pengolahan berikutnya. Di dalam penetapan pilihan metode keadaan limbah sudah seharusnya diketahui sebelumnya.Parameter limbah yang mempunyai peluang untuk mencemarkan lingkungan harus ditetapkan. Misalnya terdapat senyawa fenol dalam air sebesar 2 mg/liter, phosphat 30 mg/liter dan seterusnya.
Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah maka dapat ditetapkan metode pengolahan dan pilihan jenis peralatan. Sekali sudah ditetapkan inetode dan jenis peralatan maka langkah berikutnya adalah sampai tingkat mana diinginkan menghilangkan/ penguranga senyawa pencemarnya. Berapa persenkah kita inginkan pengurangan dan sampai di mana efisiensi peralatan harus dicapai pada tingkat maksimum.
Kamis, 21 November 2013
PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SEBAGAI INSTALASI BIOGAS DIGESTER
Kebutuhan bahan
bakar minyak (BBM) yang terus meningkat, memacu semua pihak beralih ke energi alternatif
bukan fosil. Usaha yang perlu dilakukan adalah mencari sumber bahan bakar
alternatif lain untuk mengurangi ketergantungan manusia terhadap minyak bumi
yang makin langka. Salah satu sumber energi terbarukan adalah limbah kotoran
ternak sapi. Sistem pengolahan limbah secara terpadu dengan menggunakan
digester, dapat menghasilkan biogas yang merupakan sumber energi yang dapat
diperbaharui dan dapat diproduksi secara massal. Pembangunan Instalasi biogas
pada kegiatan pengabdian masyarakat yang diusulkan adalah model digester
tersentral yang akan digunakan bersama oleh keluarga peternak dan lingkungan
sekitar. Type digesternya adalah continous feeding (konstruksi tetap kontinyu)
dimana sumur pencerna dan penampung gas menjadi satu, sedangkan pengisian bahan
organik dilakukan secara kontinyu.
Pembangunan
instalasi biogas yang dilakukan mempunyai manfaat ganda, yaitu gas yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mengganti peran minyak tanah atau bahan
bakar lain, dengan api yang berwarna biru, tidak berbau dan tidak berasap.
Biogas juga menghasilkan energi listrik, dimana besarnya setara dengan 60-100 watt
lampu selama 6 jam penerangan dengan daya 10 kwH/m3. Limbah digester biogas
baik padat ataupun cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dengan kandungan
unsur hara yang tinggi, dan memperbaiki struktur tanah sehingga mempunyai
pengikat air tinggi. Kebersihan lingkungan dan kesehatanpun terjamin karena
kotoran ternak langsung dimasukkan dalam digester, sehingga parasit-parasit
berbahaya hancur dan mengurangi bau yang menyengat dari kotoran ternak. Manfaat
lain yang diperoleh adalah peningkatan taraf hidup peternak pada khususnya dan
lingkungan sekitar pada umumnya.
PEMANFAATAN BIOGAS DAN PERKEMBANGANNYA
Biogas merupakan salah satu sumber energi
terbarukan dan ramah lingkungan yang dapat menjawab kebutuhan energi
alternatif dan menghasilkan pupuk organik sebagai hasil sampingannya. Gas
bio yang diproduksi dari reaktor biogas tidak hanya dapat
dimanfaatkan untuk memasak, penerangan bahkan dapat digunakan untuk
menggerakkan mesin mesin genset, selain itu diakhir proses dihasilkan pupuk
organik siap pakai.
Bahan baku utama pembuat gas bio adalah limbah yang berasal
dari bahan organik, namun hanya bahan organik yang homogen yang dapat
menghasilkan gas bio. Contoh limbah organik tersebut adalah kotoran dan
urine ternak, limbah pertanian sayuran, disamping itu limbah yang berasal dari
industri pengolahan hasil pertanian seperti industri tahu, ikan pindang dan
brem juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk memproduksi gas
bio.
Oleh karena itu, pengembangan instalasi biogas sangat sesuai
dilakukan di daerah yang populasi ternaknya padat, daerah pertanian sayuran dan
di daerah yang banyak industri pengolahan hasil pertanian. Di daerah tersebut dapat
dibangun instalasi biogas baik secara individu maupun berkelompok dengan cara
menyatukan semua saluran limbahnya ke dalam satu sistem biogas. Dengan
demikian limbah yang tadinya mencemari lingkungan dapat dihilangkan
bahkan menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatan sebagai sumber energi untuk
memasak atau untuk penerangan bahkan menggerakkan mesin genset .
Berdasarkan bahan baku yang diperlukan dan teknik
pembuatannya, maka instalasi biogas dibuat di manapun, artinya biogas
dapat dihasilkan dimanapun juga. Instalasi biogas dapat dibuat dalam bentuk
yang sederhana dan murah, ataupun dalam bentuk yang medium bahkan dalam skala
besar untuk kepentingan beberapa rumah secara bersama-sama. Bahan pembuat
instalasi biogas diantaranya pasir, split, bata merah, batu kali, drum, tabung
plastik bekas dan plastik lingkaran diameter 1 m serta
bahan-bahan lainnya sebagai pendukung.
Di Indonesia, program pengembangan dan pemanfaatan biogas
mulai digalakkan pada awal tahun 1970. Pengembangan tersebut bertujuan
untuk memanfaatkan limbah dan biomassa lainnya dalam rangka mencari sumber
energi lain di luar kayu bakar dan minyak tanah. Namun program tersebut tidak
berkembang meluas di masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat pada
waktu itu masih mampu membeli minyak tanah dan gas LPG, untuk kepentingan
sehari-hari, disamping itu biaya pembuatan satu unit instalasi biogas
relatif tinggi.
Pengembangan biogas menjadi penting dan mendapat perhatian
baik dari pemerintah maupun masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah
dalam mengurangi/memangkas subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan harga BBM
sampai 100 % , bahkan untuk minyak tanah sampai 125 % per 1 Oktober 2005,
menambah beban pengeluaran biaya kehidupan rumah tangga yang kurang mampu.
Dampak selanjutnya yang mungkin terjadi bagi masyarakat di pedesaan adalah
memanfaatkan kayu bakar sebagai sumber energi alternatif.
Caranya adalah dengan
melakukan penebangan kayu yang tidak terkontrol di sekitar hutan atau
perkebunan. Perbuatan yang demikian dapat mengancam kelestarian tanaman,
mengakibat banjir dan bencana tanah longsor serta menipisnya cadangan air. Oleh
karena itu, pengembangan biogas di sekitar kawasan hutan, perkebunan atau di
daerah pertanian yang padat ternak atau banyak tersedia limbah organik adalah
suatu kebijakan yang sangat bijaksana.
http://bbpkhcinagara.bppsdmp.deptan.go.id/component/k2/item/50-pemanfaatan-biogas-dan-perkembangannya.html
Mengolah Limbah Kayu Menjadi Produk Kerajinan Ekspor
Mengolah
Limbah Kayu Menjadi Produk Kerajinan Ekspor
Limbah
kayu, yang banyak dijumpai di tempat penggergajian atau perusahaan mebel,
biasanya hanya dijadikan bahan bakar. Atau kadang malah dibuang begitu saja.
Namun, saat ini limbah seperti itu mulai banyak dimanfaatkan untuk bahan baku
kerajinan.
Salah
satu pemanfaatan limbah kayu tersebut adalah sebagai bahan baku pembuatan
placemat atau taplak meja dan karpet. Sekilas memang agak unik dan khas,
mengingat selama ini taplak maupun karpet umumnya dibuat dari bahan benang atau
(sejenis) plastik. Boleh jadi karena keunikan itulah yang menyebabkan Produk
taplak atau karpet kayu mampu menembus pasar ekspor.
Cara
pembuatannya memang agak rumit dan membutuhkan kesabaran serta ketelitian
ekstra. Mula-mula limbah kayu berbagai bentuk dan ukuran itu dipotong dengan
gergaji cetak menjadi cuwilan (perca) kecil-kecil dengan bentuk dan ukuran
sama. Ada yang berbentuk bulat, segi tiga, lonjong, maupun kotak dengan
ketebalan sekitar 1 cm. Kemudian cuwilan-cuwilan kayu tersebut dihaluskan
dengan amplas.
Setelah
halus, satu per satu dilubangi menggunakan bor-hingga tembus pada sisi-sisinya.
Lubang inilah nantinya untuk dimasuki benang perangkai. Setelah itu, cuwilan
kayu yang sudah berlubang itu kemudian dirangkai dengan benang jenis nilon, dan
ditautkan antar rangkaian hingga membentuk lembaran. Dengan demikian, satu
karpet ukuran standar terdiri dari ribuan perca kayu.
Besar
lembaran bergantung kebutuhan. Kalau mau dibuat karpet, ukurannya disesuaikan
dengan standar ukuran karpet. Jika untuk taplak, ukurannya dibuat seukuran
taplak meja. Agar lebih awet dan tambah cantik, lembaran calon karpet maupun
taplak tersebut di finishing dengan cat atau dilapisi pelapis kayu natural.
Karpet atau taplak pun siap dipakai.
Ada
puluhan desain karpet dan taplak yang telah diproduksi para perajin. Meski
demikian harga karpet maupun taplak bukan ditentukan oleh desain, melainkan
ukuran. Selain mendesain sendiri, para perajin juga melayani pembuatan produk
dengan desain dari pemesan. Bahan bakunya tak hanya jenis kayu tertentu. Semua
jenis kayu tahunan pada dasarnya bisa digunakan. Namun umumnya jenis kayu yang
banyak digunakan adalah jati, munggur, akasia, mahoni dan sono keling.
Karpet
dan taplak meja dari limbah kayu ini punya kelebihan. Karena terbuat dari kayu
maka mudah membersihkannya. Selain itu juga lebih enak dipakai, baik untuk
tiduran maupun duduk-duduk. Kalau digelar di lantai, untuk duduk atau tiduran,
tidak terlalu dingin sebagaimana karpet plastik, sehingga lebih aman bagi
anak-anak.
Produk
ini memang tergolong relatif baru dalam khazanah kerajinan di kawasan
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Oleh karenanya konsumen, khususnya dalam negeri,
masih terbatas. Dan karena Produk baru, desainnya pun masih terbatas. Selain
itu ada kelemahan yang hingga kini masih mengganjal para perajin, yakni soal
media perangkai.
http://www.ampl.or.id/digilib/read/mengolah-limbah-kayu-menjadi-produk-kerajinan-ekspor/19966
Langganan:
Postingan (Atom)